Entri Populer

Selasa, 04 Oktober 2011

What's Aeolian ???

Dorian Is....

Scala DORIAN adalah scala/pola melodi yang disusun dari nada ke-2 nada dasar. Misalkan kita akan menggunakan scala dorian di nada A, maka nada A ne adalah nada ke-2 dari nada dasar yang akan kita mainkan. Berarti kalau kita disini memainkan scala dorian A, tu maen di nada dasar apa hayooo...?????????
heu..heu.. Yupz.. Bener banget jawabannya, disini berarti kita bermain di nada dasar do=G atau G=do ( asal jangan =doG aje hxx..hxx..)

Masih inget interval nada dalam satu oktav kan..??? Jadi nada-nada yang dimainkan di scala Dorian A ini adalah :

G - A - B - C - D - E - F# - G
    1    1    1/2  1    1   1     1/2


Eeeeiiittt.... Tapi ingat Sob, kita kan bermain scala dorian A, berarti nada pertama yang akan kita mainkan adalah nada A.. Nah jadi susnan buat memainkan pola dorian nya menjadi seperti dibawah ini :

A - B - C - D - E - F# - G - A
    1  1/2   1    1    1   1/2    1


Gampang kan Sob, udah tau nada-nada yang dipake nya tinggal mainin dah, Scalanya ampir sama koq ma scala IONIAN ( sama -sama bikin lumayan pusing wat aq mah heu..heu..)

Sabtu, 01 Oktober 2011

Teori Dasar Diatonis

Tangga nada diatonis biasa dikenal dengan : do re mi fa sol la si do.
Skala diatonik disusun oleh delapan not dalam satu inteval tertentu.

1. Diatonis Mayor
Tangga nada mayor dalam teori musik adalah tangga nada yang tersusun dari 8 not dalam 1
interval tertentu. Jarak antara not-not yang berurutan dalam tangga nada mayor (intervalnya)
adalah : 1 – 1 – 1/2 – 1 – 1 – 1 – 1/2
Dalam tangga nada ,terdapat notasi ‘#’ (baca: kres) dan ‘b’ (baca :mol, maaf terpaksa memakai
huruf b).
          Tangga Nada Kres (‘#’) dalam Diatonis Mayor
Waktu saya menduduki bangku SMP, Ibu Komang *sapa yah* (guru seni musik saya), fungsi
tanda kres adalah untuk menaikkan nada sebanyak setengah. 0# atau biasa disebut’ C = do’
(mayor mode), memiliki tangga nada: C – D- E – F -G – A – B – C.
Kemudian , terdapat juga 1# atau biasa disebut G = do. Kok bisa tau G=do? Untuk mencari
tangga nada 1#, ambil nada ke-5 dari 0#, posisikan sebagai nada pertama (dari sini didapat
G=do), kemudian pada nada ke-7 naikkan setengah nada (biasanya dengan menambahkan
imbuhan “is” atau tanda ‘#’ dibelakangnya). Maka tangga nada 1# adalah: G – A – B – C – D –
E – Fis – G

Untuk mencari tangga nada 2#, ambil nada ke-5 dari 1# dan posisikan pada nada pertama (
didapat D=do), lalu nada ke-7 naikkan setengah nada. Maka tangga nada 2# adalah: D=do ; D –
E – Fis – G – A – B – Cis – D
Proses ini bisa dibilang berlangsung rekursif , dalam artian 3# harus mengambil dari 2# , 4#
harus mengambil dari 3#, dan seterusnya.
Maka tangga Nada Kres dalam diatonis mayor:
0# ; C=do : C-D-E-F-G-A-B-C

1# ; G=do : G-A-B-C-D-E-Fis-G
2# ; D=do : D-E-Fis-G-A-B-Cis-D
3# ; A=do : A-B-Cis-D-E-Fis-Gis-A
4# ; E=do : E-Fis-Gis-A-B-Cis-Dis-E
5# ; B=do : B-Cis-Dis-E-Fis-Gis-Ais-B
6# ; Fis=do : Fis-Gis-Ais-B-Cis-Dis-Eis-Fis
7# ; Cis=do : Cis-Dis-Eis-Fis-Gis-Ais-Bis-Cis

Tangga Nada Mol (‘b’) dalam Diatonis Mayor
Tanda Mol berfungsi untuk menurunkan sebanyak setengah nada (ini juga kata-katanya Ibu
Leidemina Siregar , ^_^ ,makasih ya Bu..). Dalam pencarian tangga nada mol , metode yang
digunakan berbeda dengan mencari tangga nada kres.
Dalam tangga nada mol : 0b ; C=do : C – D – E – F -G – A – B – C
Untuk mencari 1b, ambil nada ke-4 dari 0b, kemudian nada ke-4 pada 1b diturunkan setengah.
Maka tangga nadanya : 1b ; F=do :F – G – A – Bes - C – D – E – F
Untuk 2b,3b dan seterusnya dapat dicari dengan cara yang sama seperti cara diatas.
0b ; C=do : C-D-E-F-G-A-B-C

1b ; F=do : F-G-A-Bes-C-D-E-F

2b ; Bes=do : Bes-C-D-Es-F-G-A-Bes

3b ; Es=do : Es-F-G-Aes-Bes-C-D-Es

4b ; Aes=do : Aes-Bes-C-Des-Es-F-G-Aes

5b ; Des=do : Des-Es-F-Ges-Aes-Bes-C-Des

6b ; Ges=do : Ges-Aes-Bes-Ces-Des-Es-F-Ges

7b ; Ces=do : Ces-Des-Es-Fes-Ges-Aes-Bes-Ces

2. Diatonis minor
Yang membedakan nada Diatonis minor dan nada Diatonis Mayor adalah jarak not yang
berurutan dalam satu tangga nada (interval).Interval pada tangga nada mayor berjarak: 1 – 1/2 –
1 – 1 – 1/2 – 1 – 1

Contoh, pada A=La (minor mode, menekankan pada nada minor) ; A-B-C-D-E-F-G-A. Jarak
interval pada tangga nada tersebut sesuai dengan jarak interval diatas.
Jika kita tinjau pada gambar, terdapat kesamaan antara tangga nada mayor dan minor. Huruf
besar berwarna merah menyatakan Mayor, sedangkan huruf kecil berwarna biru menyatakan
minor. Nada tangga nada C mayor dianggap sama dengan A minor. Jika kita liat, pembentuk
nada dasar C mayor memang sama dengan pembentuk nada A minor. Pada tangga nada minor
biasanya ditulis dengan A=La karena memiliki interval yang berbeda dengan tangga nada mayor
dan interval pada tangga nada minor mengharuskan agar dimulai dari nada La sehingga syarat
interval minor dapat terpenuhi. Oleh karena itu, jika ingin mencari nada minor, cukup mulai
dengan nada La pada tangga nada mayor.
Contoh:
4# pada Mayor ; E=do : E-Fis-Gis-A-B-Cis-Dis-E
Maka:
4# pada minor ; Cis=do : Cis-Dis-E-Fis-Gis-A-B-Cis
Terlihat pada gambar, E dan Cis terdapat dalam 1 area. Silahkan dicoba pada alat musik,
implementasinya akan lebih nyata. ^_^.
Mohon Koreksinya Jika ada Kesalahan.
Salam Musik.

Mengenal Tangga Nada Diatonis - Intermediate

         Tangga nada diatonis merupakan suatu hal fundamental dalam western music, mulai dari musik klasik
hingga heavy metal memakai tangga nada diatonis.
Tangga nada diatonis didefinisikan sebagai 7 buah not yang terdiri dari 5 buah not berjarak penuh
(whole step) dan 2 buah not berjarak setengah (half step/semitone) sumber definisi: wikipedia.
Bila
W: Whole Step (jarak penuh)
H: Half Step (jarak setengah)


Maka pola tangga nada diatonis menjadi:
W-W-H-W-W-W-H
bila ditulis dengan solmisasi: do-re-mi-fa-sol-la-si-do
dengan C sebagai tonic (nada dasar C=1) dan ditulis dengan not huruf, maka pola diatonis C mayor
menjadi
C D E F G A B C
Pola ini berulang di tiap oktaf(deretan 8 buah not)
Tangga nada diatonis diklasifikasi pada mayor dan minor
Piano adalah contoh alat musik yang menerapkan tangga nada diatonis. Pada Gitar, tangga nada
diatonis tidak mudah dilihat seperti pada piano. Ini hanya bahasan sekilas masalah tangga nada diatonis,
akan kita bahas lebih lanjut nanti

Tangga Nada Pentatonis

Pentatonik berasal dari gabungan kata penta ( lima ) dan tonik ( nada ), sehingga pentatonik
dapat diartikan sebagai tangganada yang terdiri dari lima nada. Dari tangga nada diatonik mayor
( c – d – e – f – g – a – b – c’ ) yang jumlahnya 7 nada, dapat diperoleh tangga nada pentatonik
dengan mengurangi 2 nada, dalam hal ini terdapat dua macam tangga nada pentatonik : 1. c – d –
e – g – a – c’ ( tanpa f dan b ) 2. c – e – f – g – b – c’ ( tanpa d dan a ) Tangga nada pentatonik
pada umumnya digunakan pada musik tradisional ( China, Jepang ) termasuk di Indonesia pada
musik gamelan ( Jawa ). Khusus pada Gamelan Jawa, dua macam tangga nada pentatonik
tersebut dinamakan titi laras slendro dan titi laras pelog
susunan tangga nadanya sebagai berikut ;

1) Oriental (China/Japan)
… 1-2-3-5-6…
Dalam tangga nada China, nada 4(fa) dan nada 7(si) dihilangkan sehinnga membentuk struktur
jarak
1-1-1½-1

2) Pelog (gamelan)
… 1-3-4-5-7 …
Tangga nada pelog adalah tangga nada yang dipakai pada masyarakat jawa, yang menghilangkan
nada 2(re) dan 6(la) dan membentuk struktur jarak 2-½-1-2

3) Slendro (gamelan)
… 1-2-4-5-6…
Dalam slendro, nada yang dihilangkan adalah nada 3(mi) dan 7(si) sehingga membentuk struktur
jarak
1-1½-1-1

What's Pentatonic ?

Mengenal tangga nada pentatonik/pentatonis (pentatonic scale)

Bila ada mendengarkan lagu yang berjudul "My Girl" dari the Temptations atau intro lagunya BIP yang
berjudul "1001 Puisi"(bar/birama pertama) misalnya, maka anda sedang mendengarkan tangga nada
pentatonik.
Pentatonik berasal dari kata penta(5) dan tonic(nada). Pentatonic dibentuk dengan mengurangkan nada
ke 4 dan ke 7 dari struktur oktaf 8 nada. Bila kita ambil C sebagai nada dasarnya, maka notnya akan
menjadi C,D,E,G,A
Pentatonik banyak digunakan untuk musik modern maupun tradisional di berbagai negara di dunia ini.
Dari Indonesia, tanah air kita sendiri: gamelan jawa misalnya, mempunyai tangga nada pentatonik,
misalnya laras(tangga nada) slendro, polanya: 12356 disebut dengan ji, ro, lu, mo, nem berulang tiap
lima nada, naik atau turun.
Seperti pada tangga nada diatonis, pentatonis diklasifikasi dengan mayor dan minor juga. Akan kita
bahas pada tulisan-tulisan saya selanjutnya, banyak sekali bahasan tentang itu besok.

Sabtu, 24 September 2011

I Am, Me,

www.suryaband-bali.webs.com



















What's Virtuoso ?

               A virtuoso (from Italian virtuoso, late Latin virtuosus, Latin virtus meaning: skill, manliness, excellence) is an individual who possesses outstanding technical ability at singing or playing a musical instrument. The plural form is either virtuosi or the Anglicisation, virtuosos, and the feminine form sometimes used is virtuosa. Virtuosi are often musical composers as well. During the age of Baroque music many composers were also virtuosi on their respective instruments.
Virtuosity defined

            In Music in the Western World by Piero Weiss and Richard Taruskin we find the following definition of virtuoso.
                 "...a virtuoso was, originally, a highly accomplished musician, but by the nineteenth century the term had become restricted to performers, both vocal and instrumental, whose technical accomplishments were so pronounced as to dazzle the public."

                   The defining element of virtuosity is the performance ability of the musician in question, who is capable of displaying feats of skill well above the average performer. Musicians focused on virtuosity are commonly criticized for overlooking substance and emotion in favor of raw technical prowess. Despite the mechanical aspects of virtuosity, many virtuosi successfully avoid such labels, focusing simultaneously on other musical aspects while writing and performing music.

                   The Italian term of "virtuoso" was also commonly used to describe the group of emerging ballistic experts, engineers, artillerists, and specialists in mechanics and dynamics that arose during the late 17th century in response to the spreading use of gunpowder in Europe.

                In other contexts, virtuosity can be generalized to define a person who excels technically in some area of human knowledge, although its use is more commonly applied in the context of the fine arts.

              The meaning of virtuoso has its roots in the Italian usage of the 16th and 17th centuries, signifying an honorific term reserved for a person distinguished in any intellectual or artistic field. The term evolved with time, simultaneously broadening and narrowing in scope as interpretations went in and out of fashion and debates unravel. Originally a musician was honored the classification by being a composer, theorist or famous maestro, more importantly than being a skilled performer. 
               The 17th and 18th centuries saw a bastardization of the term, which started being self indulged by a great number of musicians, without considerations of merit. Sébastien de Brossard in his Dictionaire de Musique (Paris, 1703) approached the word virtuoso by its Latin root virtu emphasizing exceptional training, especially in theory. This position was also defended in Johann Gottfried Walther's Musicalisches Lexicon (1732) favoring the theorist over the performer. Johan Matthenson's Der brauchbare Virtuoso (1720) maintained the respect for the traditional "theoretische Virtuosen" (virtuoso theoretical) but also paid tribute to the "virtuosi prattici" (performer virtuoso).

           Johann Kuhnau in his The Musical Charlatan (Der musikalische Quack-Salber, 1700) defined the "true virtuoso" once again emphasizing theory ("der wahre Virtuose") describing the "highly gifted musician" ("der glückselige Musicus") or "performer virtuoso" as having nothing more than practical facility.

              In the late 18th century the term started to be used to describe the musician, instrumentalist or vocalist, who pursued a career as a soloist. The tension about the merit of practical virtuosity started to grow at the same time and intensified in the 19th century, only to remain an open debate since then. Franz Liszt declared that "virtuosity is not an outgrowth, but an indispensable element of music" (Gesammelte Schriften, iv, 1855–9). Richard Wagner opposed the triviality and exhibitionist talents of the performer voicing his opinion strongly: "The real dignity of the virtuoso rests solely on the dignity he is able to preserve for creative art; if he trifles and toys with this, he casts his honour away. He is the intermediary of the artistic idea" (Gesammelte Schriften; English translation, vii, 1894–9, p.112). Pejorative connotations started in this epoch exemplified by new German expressions such as "Virtuosenmachwerk" (piece of routine display) and "Pultvirtuoso" (orchestral player of virtuoso temperament).